Recent post berjalan

UPACARA ADAT TEHAK SITEN

Blog Widget by LinkWithin

TEDHAK SITEN
Tedhak Siten atau upacara Turun Tanah adalah salah satu upacara adat budaya Jawa untuk anak yang berusia 8 bulan (pitung lapan), di daerah lain di Indonesia juga dikenal upacara adat turun tanah ini dengan istilah yang berbeda. Upacara ini mewujudkan rasa syukur karena pada usia ini si anak akan mulai mengenal alam disekitarnya dan mulai belajar berjalan.
Dalam upacara adat ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh si anak, dimana tiap tahap atau proses tersebut memiliki nilai-nilai budaya yang cukup tinggi. upacara Tedhak Siten ini sendiri dalam prosesinya memerlukan uba rampe yang beraneka ragam, sekali lagi dalam setiap uba rampe yang dipergunakan ini juga memiliki makna yang cukup dalam.
Uba rampe yang diperlukan dalam upacara Tedhak Siten ini yaitu, juadah (jadah) warna warni (7 warna: putih, merah, hijau, kuning, biru, cokelat, merah muda/ungu), tangga yang terbuat dari tebu ireng (tebu arjuna), kurungan (biasanya berbentuk seperti kurungan ayam) yang diisi dengan barang/benda (misalnya: alat tulis, mainan dalam berbagai bentuk dan jenis) sebagai lambang/tanda untuk masa depan anak, banyu gege (air yang disimpan dlm tempayan/bokor selama satu malam & pagi harinya dihangatkan dengan sinar matahari), ayam panggang, pisang raja (melambangkan harapan agar si anak di masa depan bisa hidup sejahtera dan mulia, lawe wenang, dan udhik-udhik (yang terdiri berbagai jenis biji-bijian, uang logam, & beras kuning).
Perlengkapan tambahan: jajan pasar, berbagai jenis jenang-jenangan, tumpeng lengkap dengan gudangan, nasi kuning, tumpeng robyong, dan tumpeng gundhul.
Untuk prosesinya sendiri ada beberapa tahap. Tahap pertama, si anak dibimbing orang tuanya untuk berjalan di atas juadah. Tahap kedua, kembali anak dibimbing menaiki tangga yang terbuat dari tebu ireng (dengan maksud agar si anak dalam hidupnya selalu lurus –dalam jalan yang benar– seperti tebu ireng, dan hidupnya makin terus meningkat menjadi lebih baik sesuai dengan apa yang dicita-citakan).
Tahap ketiga, anak diajak masuk ke dalam kurungan (kurungan di sini bermaksud untuk menjaga konsentrasi si anak) dan memilih benda yg telah disiapkan sebelumnya, dan benda yang dipilih tersebut menggambarkan apa yang akan dipilih oleh si anak di masa depannya, sebagai contoh jika si anak memilih mainan berbentuk alat kedokteran, maka di masa depan si anak akan menjadi dokter.
Setelah selesai memilih benda/barang, dilanjutkan dengan tahap ke empat, yaitu si anak dimandikan dengan banyu gege yang melambangkan harapan agar si anak dapat selalu segar dan tegar dalam menjadi hidupnya di masa depan, dalam istilah jawa dikenal dengan gelis gedhe lan ilang sarap sawane.
Setelah selesai, si anak kemudian dibimbing berjalan membawa tebu & perlengkapannya dan dilanjutkan dengan udhik-udhik oleh nenek.
Demikian sekilas tentang upacara Tedhak Siten atau upacara turun tanah sebagai salah satu kekayaan budaya, semoga penjelasan singkat ini bermanfaat.
download disini
ariawijaya.com/2008/04/13/tedhak-siten/


About The Author:

Penulis: M.Joko Lukito
Mari budayakan berkomentar baik berupa Kritik, Saran, maupun Pertanyaan untuk menjadikan blog ini lebih baik ke depannya. Copy-Paste artikel M.Joko Lukito Di ijinkan, tapi URL sumbernya disertakan.
Terima Kasih.. Follow me on Twitter Di Sini Add me on Facebook Di Sini.

0 komentar:

mengatakan...

UPACARA ADAT TEHAK SITEN

Blog Widget by LinkWithin

TEDHAK SITEN
Tedhak Siten atau upacara Turun Tanah adalah salah satu upacara adat budaya Jawa untuk anak yang berusia 8 bulan (pitung lapan), di daerah lain di Indonesia juga dikenal upacara adat turun tanah ini dengan istilah yang berbeda. Upacara ini mewujudkan rasa syukur karena pada usia ini si anak akan mulai mengenal alam disekitarnya dan mulai belajar berjalan.
Dalam upacara adat ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh si anak, dimana tiap tahap atau proses tersebut memiliki nilai-nilai budaya yang cukup tinggi. upacara Tedhak Siten ini sendiri dalam prosesinya memerlukan uba rampe yang beraneka ragam, sekali lagi dalam setiap uba rampe yang dipergunakan ini juga memiliki makna yang cukup dalam.
Uba rampe yang diperlukan dalam upacara Tedhak Siten ini yaitu, juadah (jadah) warna warni (7 warna: putih, merah, hijau, kuning, biru, cokelat, merah muda/ungu), tangga yang terbuat dari tebu ireng (tebu arjuna), kurungan (biasanya berbentuk seperti kurungan ayam) yang diisi dengan barang/benda (misalnya: alat tulis, mainan dalam berbagai bentuk dan jenis) sebagai lambang/tanda untuk masa depan anak, banyu gege (air yang disimpan dlm tempayan/bokor selama satu malam & pagi harinya dihangatkan dengan sinar matahari), ayam panggang, pisang raja (melambangkan harapan agar si anak di masa depan bisa hidup sejahtera dan mulia, lawe wenang, dan udhik-udhik (yang terdiri berbagai jenis biji-bijian, uang logam, & beras kuning).
Perlengkapan tambahan: jajan pasar, berbagai jenis jenang-jenangan, tumpeng lengkap dengan gudangan, nasi kuning, tumpeng robyong, dan tumpeng gundhul.
Untuk prosesinya sendiri ada beberapa tahap. Tahap pertama, si anak dibimbing orang tuanya untuk berjalan di atas juadah. Tahap kedua, kembali anak dibimbing menaiki tangga yang terbuat dari tebu ireng (dengan maksud agar si anak dalam hidupnya selalu lurus –dalam jalan yang benar– seperti tebu ireng, dan hidupnya makin terus meningkat menjadi lebih baik sesuai dengan apa yang dicita-citakan).
Tahap ketiga, anak diajak masuk ke dalam kurungan (kurungan di sini bermaksud untuk menjaga konsentrasi si anak) dan memilih benda yg telah disiapkan sebelumnya, dan benda yang dipilih tersebut menggambarkan apa yang akan dipilih oleh si anak di masa depannya, sebagai contoh jika si anak memilih mainan berbentuk alat kedokteran, maka di masa depan si anak akan menjadi dokter.
Setelah selesai memilih benda/barang, dilanjutkan dengan tahap ke empat, yaitu si anak dimandikan dengan banyu gege yang melambangkan harapan agar si anak dapat selalu segar dan tegar dalam menjadi hidupnya di masa depan, dalam istilah jawa dikenal dengan gelis gedhe lan ilang sarap sawane.
Setelah selesai, si anak kemudian dibimbing berjalan membawa tebu & perlengkapannya dan dilanjutkan dengan udhik-udhik oleh nenek.
Demikian sekilas tentang upacara Tedhak Siten atau upacara turun tanah sebagai salah satu kekayaan budaya, semoga penjelasan singkat ini bermanfaat.
download disini
ariawijaya.com/2008/04/13/tedhak-siten/


About The Author:

Penulis: M.Joko Lukito
Mari budayakan berkomentar baik berupa Kritik, Saran, maupun Pertanyaan untuk menjadikan blog ini lebih baik ke depannya. Copy-Paste artikel M.Joko Lukito Di ijinkan, tapi URL sumbernya disertakan.
Terima Kasih.. Follow me on Twitter Di Sini Add me on Facebook Di Sini.